Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Makna inti yang terkandung dalam sila pertama Pancasila adalah pada kata ketuhanan. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, pencipta seluruh alam semesta.

Yang Maha Esa berarti yang maha tunggal, tiada sekutu dalam sifatNya, dalam dzat-Nya, dalam perbuatanNya. Dzat Tuhan tidak terdiri atas hal-hal yang banyak lalu menjadi satu, tetapi sifat-Nya adalah sempurna dan perbuatan-Nya tidak dapat disamai oleh siapa pun.

Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Tidak ada yang dapat menyamai Tuhan, Tuhan bagi bangsa dan negara Indonesia merupakan suatu keyakinan, tetapi makna Ketuhanan Yang Maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. 

Karena keyakinan yang demikianlah, maka negara Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Negara memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Kehidupan para warganegara di negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti keagamaan. 

Dengan kata lain di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari adanya Tuhan atau ateisme. Ketuhanan yang Maha Esa (monoteisme) semestinya diikuti dengan toleransi terhadap kebebasan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. 

Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan dan dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Segala aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. 

Masalah-masalah yang menyangkut penyelenggaraan negara meliputi aspek material dan aspek spiritual. 

Aspek material misalnya bentuk negara, tujuan negara, tertib hukum, sistem negara, sedangkan yang bersifat kerohanian antara lain moral negara, moral penyelenggara negara, moral warganegara dan sebagainya.


Share: