Sejarah Unik Parang Pacat Gantung

Sejarah Parang Pacat Gantung atau Pacat Bagantung adalah Pedang yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. Pacat Gantung adalah versi lebih tua dari Parang Nabur.

Sebagian besar pedang ini dibuat selama periode Kesultanan Banjar di abad ke 18 akhir sampai abad 19.

Sejarah Parang Pacat Gantung

Parang Nabur adalah pedang dengan bilah melengkung yang melebar ke ujung, dengan bagian terlebar di sisi lengkungannya. Tepinya cembung, bagian belakangnya cekung. Ini memiliki tepi ganda sekitar 2/3 hingga 3/8 dari ujung depan.

Gagang biasanya terbuat dari tanduk atau tulang, kadang-kadang dari kayu, dan sering memiliki perlindungan untuk tangan dan jari yang terbuat dari kuningan atau besi.

Hiasan biasa terbuat dari perak bahkan emas.

Bentuk pedang ini melengkung, di bagian gagang Parang Nabur banyak mendapat pengaruh dari Eropa.

Pedang ini sangat dipengaruhi dari pedang pendek angkatan laut dibawa oleh pelaut Belanda, dan menunjukkan perpaduan antara Eropa dengan pedang gaya Islam.

Ukurannya pedang ini disesuaikan dengan orang Melayu. Panjang keseluruhan pedang ini secara umum adalah 60 – 75cm.

Pada zamannya parang nabur tidak diberikan kepada sebarang prajurit di Kesultanan Banjarmasin, akan tetapi biasanya diberikan kepada setidaknya prajurit level menengah dan atas, sehingga produksi parang nabur cukup terbatas dan keberadaannya menjadi langka pada saat ini.

Parang nabur sendiri memiliki banyak varian bilah, seperti nabur lais, pandan lirih, pacat gantung dll. Akan tetapi yang paling banyak keberadaannya adalah varian nabur lais.

Gagang parang nabur umumnya terbuat dari tanduk kerbau dan/atau kayu, yang biasanya diukir, ditambah dengan handguard terbuat dari logam, sejenis tembaga atau kuningan, namun ada juga gagang parang nabur yang terbuat dari logam utuh, gagang utuh dari logam ini termasuk sangat langka.


Share: